Rabu, 28 Oktober 2015

Essay Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

CUCI TANGAN PAKAI SABUN DI SEKOLAH
Sehat merupakan berinventasi untuk masa depan. Dengan hidup sehat akan mencegah pengeluaran untuk pengobatan. Biaya pengobatan yang semakin mahal menyebabkan semua golongan masyarakat berlomba-lomba untuk sehat. Namun dengan perkembangan zaman sekarang ini sulit untuk menghindari kontaminasi-kontaminasi dari lingkungan yang menyebabkan manusia sakit. Salah satu cara penyebaran penyakit yang paling sering adalah melalui telapak tangan. Kuman-kuman penyakit akan masuk ke mulut melalui kuku, sela-sela jari dan telapak tangan. Kontaminasi ini akan menyebabkan penyakit seperti diare, pneumonia, influenza serta cacingan. Golongan masyarakat yang rentan terhadap penyakit ini adalah anak-anak sekolah. Diare merupakan penyebab utama kematian anak-anak setiap tahunnya. Sebesar 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia meninggal akibat diare. Berdasarkan Riskesdas 2013, Insiden diare di Indonesia mencapai 3,5 % dan prevalensinya 7 %. Sedangkan insiden pneumonia di Indonesia sebesar 1,8 % dan prevalensinya 4,5 %.
Mengubah perilaku menjadi bersih dan sehat dengan tangan yang bersih dapat menghindari tubuh dari berbagai penyakit.  Bukankah penyakit seperti diare, penuemonia dan cacingan dapat berakibat buruk pada tumbuh kembang anak ?  anak sekolah merupakan dasar pembentukkan generasi Indonesia yang bermutu. Jika terdapat anak yang tidak datang kesekolah dikarenakan penyakit infeksi maka akan menyebabkan anak tersebut ketinggalan pelajaran, menurunnya prestasi anak, semangat dan motivasi menjadi rendah untuk mencapai cita-citanya. Selain itu, keluarga akan mengeluarkan biaya lebih untuk pengobatan anaknya. Maka dari itu, PBB telah menetapkan progam cuci tangan pakai sabun sebagai salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian anak di dunia terutama di Indonesia.
Sosialisasi cuci tangan pakai sabun semenjak dini akan berakibat anak menerapkan berbudaya hidup bersih, maka prevalensi kejadian penyakit diare, pneumonia maupun cacingan dapat di turunkan. Selain itu begitu banyak manfaat yang dapat diambilkan jika budaya ini telah tertanam di setiap anak seperti anak akan mempunyai kebiasaan hidup yang bersih, menghindari dari penyakit serta anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai umurnya.
Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tanagan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan pathogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung.  
Terdapat beberapa faktor anak sekolah belum menerapkan cuci tangan pakai sabun disekolah diantaranya adalah siswa tidak terpapar informasi yang cukup tentang cuci tangan pakai sabun. Selain iu, salah satu studi tentang pengetahuan perilaku dan kebiasaan pada tahun 2007 menunjukkan hanya 27 % siswa yang mencuci tangan pada jam istirahat. Sekolah juga tidak menyediakan fasilitas cuci tangan dengan menyediakan sabun.
Mencuci tangan pakai sabun tidak saja secara langsung mencegah kontaminasi bakteri, tetapi harus memperhatikan langkah-langkah yang benar sesuai dengan rekomendasi WHO. Langkah-langkah mencuci tangan pakai sabun dengan benar adalah pertama basuhi tangan dengan air, tuangkan sabun secukupnya ratakan dengan kedua telapak tangan, kedua gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan, ketiga gosoklah kedua telapak tangan dengan sela-sela jari, keempat jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci, kelima gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya, keenam gosokkan dengan memnutar ujung jari-jari tangan di telapak tangan kiri dan sebaliknya, terakhir bilas kedua tangan dengan air mengalir keringkan dengan handuk sekali pakai.
Bila cuci tangan pakai sabun tidak dilakukan dengan benar maka akan mengakibatkan diare, cacingan, pneumonia dan banyak penyakit lainnya. Cacingan pada anak akan menyebabkan perut anak buncit, pucat,lesu dan anemia. Telur cacing masuk memalui sela-sela jari atau kuku. Selain itu diare yang disebabkan ada cemaran bakteri e coli yang akan menyebabkan anak dehidrasi berat dan meninggal.
Untuk meningkatkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah perlu menggunakan metode yang tepat yaitu harus diperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Tujuan : mengubah kebiasaan anak untuk mencuci tangan pakai sabun
Kekuatan
1.       adanya perhatian dan dukungan dari PBB dan berbagai Negara
2.       PBB juga telah menetapkan 15 Oktober sebagai hari cuci tangan pakai sabun sedunia
3.       adanya dukungan baik dari pihak swasta maupun negri dalam menanggulangi akibat yang ditimbulkan jika tidak cuci tangan pakai sabun.
4.       Sekolah dapat dijadikan tempat kompetisi atau perlombaan cuci tangan pakai sabun

Kelemahan
1.       seperti kurangnya kesadaran keluarga dalam membiasakan anak dirumah untuk cuci tangan pakai sabun,
2.       pihak sekolah kurang memfasilitasi sabun serta westafel yang baik
3.       promosi kesehatan yang kurang gencar,
4.       Kurangnya keikutsertaan guru dan staf untuk memotivasi anak sekolah

Peluang
1.       adanya keterlibatan dunia usaha untuk menjual produknya seperti sabun,
2.       public figure yang ikut mengkampayekan kegiatan cuci tangan pakai sabun.
3.        Penggunaan media social pada anak sekolah sebagai kampaye promosi

Membentuk kerja sama petugas promosi kesehatan dengan dunia usaha terkait untuk meningkatkan partisipasi masyarakat didukung oleh pemerintah. Serta memanfaatkan hari cuci tangan pakai sabun sedunia dengan mengikutsertakan public figure yang berpengaruh melalui berbagai media. Anak sekolah kini telah banyak memakai media social, sehingga media komunikasi seperti poster atau brosur disebarkan baik secara langung maupun tidak langsung (media social)

Memotivasi keluarga dan lingkungan sekitar untuk ikutserta dalam memberi contoh penerapan cuci tangan pakai sabun dengan adanya pengaruh media massa dan promosi dunia usaha. Memanfaatkan dunia usaha untuk mensponsori pembanguna fasilitas cuci tangan pakai sabun.
Ancaman
Sumber air tidak bersih
Ketidakpedulian lintas sector dan progam



Pemerintah dapat mengendalikan berbagai lintas sector dan progam agar dapat bekerja untuk mendukung kegiatan cuci tangan pakai sabun.

Warga, keluarga dan lingkungan sekolah bekerja sama dalam mendukung kegiatan cuci tangan pakai sabun disekolah dan menyediakan air bersih.

Berdasarkan hal ini maka dalam rangka mengubah kebiasaan anak sekolah untuk menggunakan sabun saat cuci tangan perlu dibentuknya kerja sama tenaga promosi kesehatan dengan dunia usaha. Banyak dunia usaha yang telah memanfaatkan peluang ini diantaranya produsen sabun cair, produsen sabun batang maupun produsen tissue atau handuk satu kali pakai. Hal ini akan lebih memudahkan petugas promosi kesehatan menyampaikan pesan-pesan cuci tangan pakai sabun baik melalui kegiatan penyuluhan maupun demontrasi langsung.
Disekolah juga dapat diadakan perlombaan mengenai cuci tangan pakai sabun. Perlombaan dapat didukung melalui berbagai kerja sama baik kepada dunia usaha ataupun pejabat daerah setempat. perlombaan ini meliputi antar kelas, antar sekolah tingkat kecamatan ataupun antar sekolah antar provinsi. Hal ini akan berdampak termotivasinya siswa siswa dalam menerapkan cuci tangan pakai sabun sehingga dapat mengubah perilakunya dan menghindari dari penyakit.
Promosi dapat dilakukan melalui media elektronik, cetak maupun media social. Anak sekolah merupakan golongan pemakai media social. Agar lebih menarik perhatian anak sekolah, sebaiknya ada dukungan dari pemerintah dalam hal memberikan dana untuk promosi kesehatan.  Dengan dukungan ini, promosi dapat melibatkan public figure yang berpengaruh. Di akun path, instagram, twitter maupun facebook public figure tersebut ia dapat mempublikasikan berbagai poster promosi kesehatan atau video cara mencuci tangan pakai sabun. Berdasarkan penelitian, rata-rata siswa menggunakan media social kehilangan waktu antara 11-15 jam waktu belajarnya per minggu untuk bermain jejaring social. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh petugas kesehatan dengan membuat promosi cuci tangan pakai sabun melalui path, facebook, instagram. Maka anak sekolah akan lebih sering melihat promosi kesehatan cuci tangan pakai sabun dimedia social daripada secara langsung. Dengan begitu diharapkan pesan yang disampaikan akan diingat oleh anak sekolah.
Selain itu, masyarakat juga harus ikut berpatisipasi dan mendukung kegiatan cuci tangan pakai sabun sejak usia sekolah. Berdasarkan teori L.Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Lingkungan ini meliputi keluarga, guru dan staf disekolah dan masyrakat daerah sekolah. Peran keluarga sangat penting sebagai peran utama dalam mendidik anak. Keluarga yang pertama kali menanamkan kebiasaan anak yang akan dibawanya hingga keluar rumah. Keluarga sebaiknya mengajarkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dirumah, sehingga apabila telah diluar rumah anak akan terbiasa. Tetapi hal ini juga perlu dukungan dari masyarakat serta guru. Anak akan mudah untuk dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Pada lingkungan sekolah, selain petugas promosi kesehatan melakukan penyuluhan atau demontrasi cuci tangan pakai sabun pada siswa-siswa disekolah tersebut, maka guru adalah perantara selanjutnya untuk menyampaikan pesan kesehatan tersebut. Sebaiknya guru ikut melakukan cuci tangan pakai sabun di depan siswa-siswa agar dapat menimbulkan movitasi bagi para murid. 

Jadi dalam memecahkan masalah kesehatan melalui mengubah perilaku cuci tangan pakai sabun perlu kerjasama semua sector. Petugas promosi kesehatanpun harus giat dan mengetahui perkembangan zaman sehingga dapat memanfaatkan hal tersebut untuk promosi kesehatan. Jika anak sekolah telah menerapkan cuci tangan pakai sabun dalam sehari-hari maka diharapkan prevalensi dan insiden diare, cacingan dan pneumonia di Indonesia dapat menurun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar