CUCI
TANGAN PAKAI SABUN DI SEKOLAH
Sehat merupakan berinventasi untuk
masa depan. Dengan hidup sehat akan mencegah pengeluaran untuk pengobatan. Biaya
pengobatan yang semakin mahal menyebabkan semua golongan masyarakat berlomba-lomba
untuk sehat. Namun dengan perkembangan zaman sekarang ini sulit untuk
menghindari kontaminasi-kontaminasi dari lingkungan yang menyebabkan manusia
sakit. Salah satu cara penyebaran penyakit yang paling sering adalah melalui
telapak tangan. Kuman-kuman penyakit
akan masuk ke mulut melalui kuku, sela-sela jari dan telapak tangan.
Kontaminasi ini akan menyebabkan penyakit seperti diare, pneumonia,
influenza serta cacingan. Golongan masyarakat yang rentan terhadap penyakit ini
adalah anak-anak sekolah. Diare merupakan penyebab utama kematian anak-anak
setiap tahunnya. Sebesar 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia meninggal akibat
diare. Berdasarkan Riskesdas 2013, Insiden diare di Indonesia mencapai 3,5 %
dan prevalensinya 7 %. Sedangkan insiden pneumonia di Indonesia sebesar 1,8 %
dan prevalensinya 4,5 %.
Mengubah perilaku menjadi bersih
dan sehat dengan tangan yang bersih dapat menghindari tubuh dari berbagai
penyakit. Bukankah penyakit seperti
diare, penuemonia dan cacingan dapat berakibat buruk pada tumbuh kembang anak ?
anak sekolah merupakan dasar
pembentukkan generasi Indonesia yang bermutu. Jika terdapat anak yang tidak
datang kesekolah dikarenakan penyakit infeksi maka akan menyebabkan anak
tersebut ketinggalan pelajaran, menurunnya prestasi anak, semangat dan motivasi
menjadi rendah untuk mencapai cita-citanya. Selain itu, keluarga akan
mengeluarkan biaya lebih untuk pengobatan anaknya. Maka dari itu, PBB telah
menetapkan progam cuci tangan pakai sabun sebagai salah satu upaya dalam
menurunkan angka kematian anak di dunia terutama di Indonesia.
Sosialisasi cuci tangan pakai sabun
semenjak dini akan berakibat anak menerapkan berbudaya hidup bersih, maka
prevalensi kejadian penyakit diare, pneumonia maupun cacingan dapat di
turunkan. Selain itu begitu banyak manfaat yang dapat diambilkan jika budaya
ini telah tertanam di setiap anak seperti anak akan mempunyai kebiasaan hidup
yang bersih, menghindari dari penyakit serta anak dapat tumbuh dan berkembang
sesuai umurnya.
Cuci tangan pakai sabun adalah
salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tanagan dan jari jemari
menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata
rantai kuman. Tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan
pathogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung
maupun tidak langsung.
Terdapat beberapa faktor anak
sekolah belum menerapkan cuci tangan pakai sabun disekolah diantaranya adalah
siswa tidak terpapar informasi yang cukup tentang cuci tangan pakai sabun.
Selain iu, salah satu studi tentang pengetahuan perilaku dan kebiasaan pada
tahun 2007 menunjukkan hanya 27 % siswa yang mencuci tangan pada jam istirahat.
Sekolah juga tidak menyediakan fasilitas cuci tangan dengan menyediakan sabun.
Mencuci tangan pakai sabun tidak saja
secara langsung mencegah kontaminasi bakteri, tetapi harus memperhatikan
langkah-langkah yang benar sesuai dengan rekomendasi WHO. Langkah-langkah
mencuci tangan pakai sabun dengan benar adalah pertama basuhi tangan dengan
air, tuangkan sabun secukupnya ratakan dengan kedua telapak tangan, kedua gosok
punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan, ketiga gosoklah
kedua telapak tangan dengan sela-sela jari, keempat jari-jari sisi dalam dari
kedua tangan saling mengunci, kelima gosok ibu jari kiri berputar dalam
genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya, keenam gosokkan dengan memnutar
ujung jari-jari tangan di telapak tangan kiri dan sebaliknya, terakhir bilas
kedua tangan dengan air mengalir keringkan dengan handuk sekali pakai.
Bila cuci tangan pakai sabun tidak
dilakukan dengan benar maka akan mengakibatkan diare, cacingan, pneumonia dan
banyak penyakit lainnya. Cacingan pada anak akan menyebabkan perut anak buncit,
pucat,lesu dan anemia. Telur cacing masuk memalui sela-sela jari atau kuku.
Selain itu diare yang disebabkan ada cemaran bakteri e coli yang akan
menyebabkan anak dehidrasi berat dan meninggal.
Untuk meningkatkan kebiasaan cuci
tangan pakai sabun pada anak sekolah perlu menggunakan metode yang tepat yaitu
harus diperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Tujuan : mengubah kebiasaan anak untuk
mencuci tangan pakai sabun
|
Kekuatan
1.
adanya perhatian dan dukungan dari PBB dan
berbagai Negara
2.
PBB juga telah menetapkan 15 Oktober sebagai hari
cuci tangan pakai sabun sedunia
3.
adanya dukungan baik dari pihak swasta maupun
negri dalam menanggulangi akibat yang ditimbulkan jika tidak cuci tangan
pakai sabun.
4.
Sekolah dapat dijadikan tempat kompetisi atau
perlombaan cuci tangan pakai sabun
|
Kelemahan
1.
seperti kurangnya kesadaran keluarga dalam
membiasakan anak dirumah untuk cuci tangan pakai sabun,
2.
pihak sekolah kurang memfasilitasi sabun serta
westafel yang baik
3.
promosi kesehatan yang kurang gencar,
4.
Kurangnya keikutsertaan guru dan staf untuk
memotivasi anak sekolah
|
Peluang
1.
adanya keterlibatan dunia usaha untuk menjual
produknya seperti sabun,
2.
public figure yang ikut mengkampayekan kegiatan
cuci tangan pakai sabun.
3.
Penggunaan
media social pada anak sekolah sebagai kampaye promosi
|
Membentuk kerja sama petugas promosi
kesehatan dengan dunia usaha terkait untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat didukung oleh pemerintah. Serta memanfaatkan hari cuci tangan
pakai sabun sedunia dengan mengikutsertakan public figure yang berpengaruh
melalui berbagai media. Anak sekolah kini telah banyak memakai media social,
sehingga media komunikasi seperti poster atau brosur disebarkan baik secara
langung maupun tidak langsung (media social)
|
Memotivasi
keluarga dan lingkungan sekitar untuk ikutserta dalam memberi contoh
penerapan cuci tangan pakai sabun dengan adanya pengaruh media massa dan
promosi dunia usaha. Memanfaatkan dunia usaha untuk mensponsori pembanguna
fasilitas cuci tangan pakai sabun.
|
Ancaman
Sumber air tidak bersih
Ketidakpedulian lintas sector dan
progam
|
Pemerintah dapat mengendalikan
berbagai lintas sector dan progam agar dapat bekerja untuk mendukung kegiatan
cuci tangan pakai sabun.
|
Warga, keluarga dan lingkungan sekolah
bekerja sama dalam mendukung kegiatan cuci tangan pakai sabun disekolah dan
menyediakan air bersih.
|
Berdasarkan hal ini maka dalam
rangka mengubah kebiasaan anak sekolah untuk menggunakan sabun saat cuci tangan
perlu dibentuknya kerja sama tenaga promosi kesehatan dengan dunia usaha.
Banyak dunia usaha yang telah memanfaatkan peluang ini diantaranya produsen
sabun cair, produsen sabun batang maupun produsen tissue atau handuk satu kali
pakai. Hal ini akan lebih memudahkan petugas promosi kesehatan menyampaikan
pesan-pesan cuci tangan pakai sabun baik melalui kegiatan penyuluhan maupun
demontrasi langsung.
Disekolah juga dapat diadakan
perlombaan mengenai cuci tangan pakai sabun. Perlombaan dapat didukung melalui
berbagai kerja sama baik kepada dunia usaha ataupun pejabat daerah setempat.
perlombaan ini meliputi antar kelas, antar sekolah tingkat kecamatan ataupun
antar sekolah antar provinsi. Hal ini akan berdampak termotivasinya siswa siswa
dalam menerapkan cuci tangan pakai sabun sehingga dapat mengubah perilakunya
dan menghindari dari penyakit.
Promosi dapat dilakukan melalui
media elektronik, cetak maupun media social. Anak sekolah merupakan golongan
pemakai media social. Agar lebih menarik perhatian anak sekolah, sebaiknya ada
dukungan dari pemerintah dalam hal memberikan dana untuk promosi kesehatan. Dengan dukungan ini, promosi dapat melibatkan
public figure yang berpengaruh. Di akun path, instagram, twitter maupun
facebook public figure tersebut ia dapat mempublikasikan berbagai poster
promosi kesehatan atau video cara mencuci tangan pakai sabun. Berdasarkan
penelitian, rata-rata siswa menggunakan media social kehilangan waktu antara
11-15 jam waktu belajarnya per minggu untuk bermain jejaring social. Hal ini
bisa dimanfaatkan oleh petugas kesehatan dengan membuat promosi cuci tangan
pakai sabun melalui path, facebook, instagram. Maka anak sekolah akan lebih
sering melihat promosi kesehatan cuci tangan pakai sabun dimedia social
daripada secara langsung. Dengan begitu diharapkan pesan yang disampaikan akan
diingat oleh anak sekolah.
Selain itu, masyarakat juga harus
ikut berpatisipasi dan mendukung kegiatan cuci tangan pakai sabun sejak usia
sekolah. Berdasarkan teori L.Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Lingkungan ini meliputi keluarga,
guru dan staf disekolah dan masyrakat daerah sekolah. Peran keluarga sangat
penting sebagai peran utama dalam mendidik anak. Keluarga yang pertama kali
menanamkan kebiasaan anak yang akan dibawanya hingga keluar rumah. Keluarga
sebaiknya mengajarkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dirumah, sehingga
apabila telah diluar rumah anak akan terbiasa. Tetapi hal ini juga perlu
dukungan dari masyarakat serta guru. Anak akan mudah untuk dipengaruhi
lingkungan sekitarnya. Pada lingkungan sekolah, selain petugas promosi
kesehatan melakukan penyuluhan atau demontrasi cuci tangan pakai sabun pada
siswa-siswa disekolah tersebut, maka guru adalah perantara selanjutnya untuk
menyampaikan pesan kesehatan tersebut. Sebaiknya guru ikut melakukan cuci
tangan pakai sabun di depan siswa-siswa agar dapat menimbulkan movitasi bagi
para murid.
Jadi dalam memecahkan masalah
kesehatan melalui mengubah perilaku cuci tangan pakai sabun perlu kerjasama
semua sector. Petugas promosi kesehatanpun harus giat dan mengetahui
perkembangan zaman sehingga dapat memanfaatkan hal tersebut untuk promosi
kesehatan. Jika anak sekolah telah menerapkan cuci tangan pakai sabun dalam
sehari-hari maka diharapkan prevalensi dan insiden diare, cacingan dan pneumonia
di Indonesia dapat menurun.